Background
Kaskus adalah situs forum komunitas maya terbesar dan nomor 1 Indonesia dan penggunanya disebut dengan Kaskuser. Kaskus lahir pada tanggal 6 November 1999. Kaskus memiliki banyak fitur seperti KasPay, e-pulsa, FJB (Forum Jual Beli), dan masih banyak lainnya. Kaskus juga memiliki banyak sub-forum seperti The Lounge, Travellers, Debate Club, dan masih banyak lainnya.

Sedangkan detikForum yang pertama kali muncul pada September 2007 ini kini juga dilengkapi dengan fitur-fitur menarik seperti pictures & albums, social groups, social bookmarking dan visitor message. Sub-forum detikForum juga banyak seperti Jual Beli, Komunitas, Politik dan banyak lainnya.

Tampilan Home Kaskus


Fitur-fitur Kaskus

KasPay
Ada sebuah layanan terbaru dari situs Kaskus yang menyediakan sistem pembayaran secara online yang disebut KasPay. Layan tersebut telah diluncurkan pada Jumat 6 November 2009, pada acara Perayaan Ulang Tahun ke-10 Kaskus di Poste, The east building, Kuningan, Jakarta. Layanan transaksi ini dapat digunakan tidak hanya di Kaskus tetapi dapat digunakan terhadap situs-situs lain yang berafiliasi dengan KasPay.

Kaspay akan beroperasi layaknya E-wallet yang akan dijadikan alat untuk transaksi jual beli di seluruh transaksi online. Seluruh proses transaksi KasPay dilakukan melalui transfer sejumlah uang, sehingga aman dari modus penipuan dan pemalsuan kartu kredit dan keamanan transaksi selalu dipastikan dengan konfirmasi melalui e-mail dan catatan transaksi.

e-pulsa
e-pulsa adalah sebuah layanan dari Kaskus yang menyediakan fasilitas pengisian pulsa dan jika kita mau membeli, kita harus membayar menggunakan KasPay. Semua layanan operator di dukung di Kaskus e-pulsa.

Kaskus Ads
Layanan Kaskus yaitu Kaskus Ads atau KAD adalah sebuah situs dimana jika kita mau beriklan di Kaskus, kita bisa menempatkan iklan tersebut, tetapi kita harus membayar Kaskus. Di Kaskus Ads banyak sekali orang orang atau pengguna kaskus yang senang beriklan di Kaskus karena biayanya murah dan karena Kaskus mempunyai (sekarang) lebih dari tiga juta pengguna.

Kaskus Radio
Kaskus Radio merupakan sebuah Radio Internet Indonesia di bawah naungan komunitas Kaskus. Kaskus radio yang biasa disingkat KR memiliki lebih dari 20 penyiar. Radio yang memutarkan lagu selama 24 jam ini juga memutarkan lagu dari berbagai bahasa, Inggris, Mandarin, Jepang, Korea, dan masih banyak lagi.

Kaskus Mobile
Kaskus mobile adalah situs Kaskus yang sudah diubah tampilannya menjadi minimalis sehingga sesuai dengan layar perangkat telepon genggam. Alamat Kaskus mobile adalah m.kaskus.us atau kask.us dan hanya bisa diakses via telepon genggam dan yang mengubah user agent-nya menjadi melalui telepon genggam.

Hingga 26 Agustus 2011, sesuai dengan website asli. Forum tempat para pengguna Kaskus dapat menemukan dan membahas mengenai topik khusus, seperti komunitas, hobi, gaya hidup, dan apa yang mereka sukai. Secara harfiah, arti dari "Loe-Ke-Loe" adalah "Dari anda, untuk anda".

Forum tempat para pengguna Kaskus dapat berbicara mengenai berbagai topik bebas seperti masalah politik, berita umum, atau hanya sekedar membicarakan pengalaman pribadi.

Jual Beli
Juga merupakan fitur andalan dari Kaskus untuk berjualan online.

Reputasi User
Untuk rerputasi user di Kaskus menggunakan istilah cendol dan bata.

Tampilan Home forumDetik

Fitur-fitur detikForum

Pictures & Albums
Pada fitur pictures & albums, member dapat mengupload foto-foto koleksinya dalam sebuah album.

Social Groups
Dalam social groups member dapat membentuk kelompok diskusi.

Visitor Message
Visitor message berfungsi mirip wall seperti dalam situs jejaring sosial Facebook.

detikSearch
detiksearch, pengakses forum bisa mencari posting atau pun thread yang diinginkan menggunakan kata kunci (keyword), judul hingga username.
Perbandingan Alexa Rank

Alexa Rank adalah sebuah web yang menilai peringkat sebuah blog atau web di tingkat international maupun national. semakin kecil angka alexa rank sebuah blog maka semakin tinggi pula traffic lalu lintas dari blog tersebut.

Kaskus




forumDetik




Referensi:
http://id.wikipedia.org/wiki/Kaskus
http://detikforum.blogdetik.com/2009/08/04/desain-baru-fitur-baru-di-detikforum/


Tan Malaka atau Sutan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka (lahir di Nagari Pandan Gadang, Suliki, Sumatera Barat, 2 Juni 1897 – wafat di Jawa Timur, 21 Februari 1949 pada umur 51 tahun) adalah seorang aktivis pejuang nasionalis Indonesia, seorang pemimpin komunis, dan politisi yang mendirikan Partai Murba. Pejuang yang militan, radikal dan revolusioner ini banyak melahirkan pemikiran-pemikiran yang berbobot dan berperan besar dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dengan perjuangan yang gigih maka ia dikenal sebagai tokoh revolusioner yang legendaris.
Dia kukuh mengkritik terhadap pemerintah kolonial Hindia-Belanda maupun pemerintahan republik di bawah Soekarno pasca-revolusi kemerdekaan Indonesia. Walaupun berpandangan komunis, ia juga sering terlibat konflik dengan kepemimpinan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Tan Malaka menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam pembuangan di luar Indonesia, dan secara tak henti-hentinya terancam dengan penahanan oleh penguasa Belanda dan sekutu-sekutu mereka. Walaupun secara jelas disingkirkan, Tan Malaka dapat memainkan peran intelektual penting dalam membangun jaringan gerakan komunis internasional untuk gerakan anti penjajahan di Asia Tenggara. Ia dinyatakan sebagai "Pahlawan revolusi nasional" melalui ketetapan parlemen dalam sebuah undang-undang tahun 1963.

Riwayat
  • Saat berumur 16 tahun, 1912, Tan Malaka dikirim ke Belanda.
  • Tahun 1919 ia kembali ke Indonesia dan bekerja sebagai guru disebuah perkebunan di Deli. Ketimpangan sosial yang dilihatnya di lingkungan perkebunan, antara kaum buruh dan tuan tanah menimbulkan semangat radikal pada diri Tan Malaka muda.
  • Tahun 1921, ia pergi ke Semarang dan bertemu dengan Semaun dan mulai terjun ke kancah politik.
  • Saat kongres PKI 24-25 Desember 1921, Tan Malaka diangkat sebagai pimpinan partai.
  • Januari 1922 ia ditangkap dan dibuang ke Kupang.
  • Pada Maret 1922 Tan Malaka diusir dari Indonesia dan mengembara ke Berlin, Moskwa dan Belanda.

Perjuangan
Tan Malaka juga seorang pendiri partai Murba, berasal dari Sarekat Islam (SI) Jakarta dan Semarang. Ia dibesarkan dalam suasana semangatnya gerakan modernis Islam Kaoem Moeda di Sumatera Barat.
Tokoh ini diduga kuat sebagai orang di belakang peristiwa penculikan Sutan Sjahrir bulan Juni 1946 oleh "sekelompok orang tak dikenal" di Surakarta sebagai akibat perbedaan pandangan perjuangan dalam menghadapi Belanda.
Pada tahun 1921 Tan Malaka telah terjun ke dalam gelanggang politik. Dengan semangat yang berkobar dari sebuah gubuk miskin, Tan Malaka banyak mengumpulkan pemuda-pemuda komunis. Pemuda cerdas ini banyak juga berdiskusi dengan Semaun (wakil ISDV) mengenai pergerakan revolusioner dalam pemerintahan Hindia Belanda. Selain itu juga merencanakan suatu pengorganisasian dalam bentuk pendidikan bagi anggota-anggota PKI dan SI (Sarekat Islam) untuk menyusun suatu sistem tentang kursus-kursus kader serta ajaran-ajaran komunis, gerakan-gerakan aksi komunis, keahlian berbicara, jurnalistik dan keahlian memimpin rakyat. Namun pemerintahan Belanda melarang pembentukan kursus-kursus semacam itu sehingga mengambil tindakan tegas bagi pesertanya.
Melihat hal itu Tan Malaka mempunyai niat untuk mendirikan sekolah-sekolah sebagai anak-anak anggota SI untuk penciptaan kader-kader baru. Juga dengan alasan pertama: memberi banyak jalan (kepada para murid) untuk mendapatkan mata pencaharian di dunia kapitalis (berhitung, menulis, membaca, ilmu bumi, bahasa Belanda, Melayu, Jawa dan lain-lain); kedua, memberikan kebebasan kepada murid untuk mengikuti kegemaran mereka dalam bentuk perkumpulan-perkumpulan; ketiga, untuk memperbaiki nasib kaum miskin. Untuk mendirikan sekolah itu, ruang rapat SI Semarang diubah menjadi sekolah. Dan sekolah itu bertumbuh sangat cepat hingga sekolah itu semakin lama semakin besar.
Perjuangan Tan Malaka tidaklah hanya sebatas pada usaha mencerdaskan rakyat Indonesia pada saat itu, tapi juga pada gerakan-gerakan dalam melawan ketidakadilan seperti yang dilakukan para buruh terhadap pemerintahan Hindia Belanda lewat VSTP dan aksi-aksi pemogokan, disertai selebaran-selebaran sebagai alat propaganda yang ditujukan kepada rakyat agar rakyat dapat melihat adanya ketidakadilan yang diterima oleh kaum buruh.
Seperti dikatakan Tan Malaka pada pidatonya di depan para buruh “Semua gerakan buruh untuk mengeluarkan suatu pemogokan umum sebagai pernyataan simpati, apabila nanti menglami kegagalan maka pegawai yang akan diberhentikan akan didorongnya untuk berjuang dengan gigih dalam pergerakan revolusioner”.
Pergulatan Tan Malaka dengan partai komunis di dunia sangatlah jelas. Ia tidak hanya mempunyai hak untuk memberi usul-usul dan dan mengadakan kritik tetapi juga hak untuk mengucapkan vetonya atas aksi-aksi yang dilakukan partai komunis di daerah kerjanya. Tan Malaka juga harus mengadakan pengawasan supaya anggaran dasar, program dan taktik dari Komintern (Komunis Internasional) dan Profintern seperti yang telah ditentukan di kongres-kongres Moskwa diikuti oleh kaum komunis dunia. Dengan demikian tanggung-jawabnya sebagai wakil Komintern lebih berat dari keanggotaannya di PKI.
Sebagai seorang pemimpin yang masih sangat muda ia meletakkan tanggung jawab yang sangat berat pada pundaknya. Tan Malaka dan sebagian kawan-kawannya memisahkan diri dan kemudian memutuskan hubungan dengan PKI, Sardjono-Alimin-Musso.
Pemberontakan 1926 yang direkayasa dari Keputusan Prambanan yang berakibat bunuh diri bagi perjuangan nasional rakyat Indonesia melawan penjajah waktu itu. Pemberontakan 1926 hanya merupakan gejolak kerusuhan dan keributan kecil di beberapa daerah di Indonesia. Maka dengan mudah dalam waktu singkat pihak penjajah Belanda dapat mengakhirinya. Akibatnya ribuan pejuang politik ditangkap dan ditahan. Ada yang disiksa, ada yang dibunuh dan banyak yang dibuang ke Boven Digoel, Irian Jaya. Peristiwa ini dijadikan dalih oleh Belanda untuk menangkap, menahan dan membuang setiap orang yang melawan mereka, sekalipun bukan PKI. Maka perjaungan nasional mendapat pukulan yang sangat berat dan mengalami kemunduran besar serta lumpuh selama bertahun-tahun.
Tan Malaka yang berada di luar negeri pada waktu itu, berkumpul dengan beberapa temannya di Bangkok. Di ibu kota Thailand itu, bersama Soebakat dan Djamaludddin Tamin, Juni 1927 Tan Malaka memproklamasikan berdirinya Partai Republik Indonesia (PARI). Dua tahun sebelumnya Tan Malaka telah menulis "Menuju Republik Indonesia". Itu ditunjukkan kepada para pejuang intelektual di Indonesia dan di negeri Belanda. Terbitnya buku itu pertama kali di Kowloon, Hong Kong, April 1925.
Prof. Mohammad Yamin, dalam karya tulisnya "Tan Malaka Bapak Republik Indonesia" memberi komentar: "Tak ubahnya daripada Jefferson Washington merancangkan Republik Amerika Serikat sebelum kemerdekaannya tercapai atau Rizal Bonifacio meramalkan Philippina sebelum revolusi Philippina pecah…."
Peristiwa 3 Juli 1946 yang didahului dengan penangkapan dan penahanan Tan Malaka bersama pimpinan Persatuan Perjuangan, di dalam penjara tanpa pernah diadili selama dua setengah tahun. Setelah meletus pemberontakan FDR/PKI di Madiun, September 1948 dengan pimpinan Musso dan Amir Syarifuddin, Tan Malaka dikeluarkan begitu saja dari penjara akibat peristiwa itu.
Di luar, setelah mengevaluasi situasi yang amat parah bagi Republik Indonesia akibat Perjanjian Linggajati 1947 dan Renville 1948, yang merupakan buah dari hasil diplomasi Sutan Syahrir dan Perdana Menteri Amir Syarifuddin, Tan Malaka merintis pembentukan Partai MURBA, 7 November 1948 di Yogyakarta.
Pada tahun 1949 tepatnya bulan Februari Tan Malaka hilang tak tentu rimbanya, mati tak tentu kuburnya di tengah-tengah perjuangan bersama Gerilya Pembela Proklamasi di Pethok, Kediri, Jawa Timur. Tapi akhirnya misteri tersebut terungkap juga dari penuturan Harry A. Poeze, seorang Sejarawan Belanda yang menyebutkan bahwa Tan Malaka ditembak mati pada tanggal 21 Februari 1949 atas perintah Letda Soekotjo dari Batalyon Sikatan, Divisi Brawijaya[1].
Direktur Penerbitan Institut Kerajaan Belanda untuk Studi Karibia dan Asia Tenggara atau KITLV, Harry A Poeze kembali merilis hasil penelitiannya, bahwa Tan Malaka ditembak pasukan TNI di lereng Gunung Wilis, tepatnya di Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri pada 21 Februari 1949.
Namun berdasarkan keputusan Presiden RI No. 53, yang ditandatangani Presiden Soekarno 28 Maret 1963 menetapkan bahwa Tan Malaka adalah seorang pahlawan kemerdekaan Nasional.
Harry Poeze telah menemukan lokasi tewasnya Tan Malaka di Jawa Timur berdasarkan serangkaian wawancara yang dilakukan pada periode 1986 sampai dengan 2005 dengan para pelaku sejarah yang berada bersama-sama dengan Tan Malaka tahun 1949. Dengan dukungan dari keluarga dan lembaga pendukung Tan Malaka, sedang dijajaki kerja sama dengan Departemen Sosial Republik Indonesia untuk memindahkan kuburannya ke Taman Makam Pahlawan Kalibata. Tentu untuk ini perlu tes DNA, misalnya. Tetapi, Depsos dan Pemerintah Provinsi Jatim harus segera melakukannya sebelum masyarakat setempat secara sporadis menggali dan mungkin menemukan tulang belulang kambing yang bisa diklaim sebagai kerangka jenazah sang pahlawan nasional.
Tidak kurang dari 500 kilometer jarak ditempuh ribuan orang selama dua bulan dari Madiun ke arah Pacitan, lalu ke Utara, sebelum akhirnya mereka, antara lain Amir Sjarifuddin, ditangkap di wilayah perbatasan yang dikuasai tentara Belanda. Ia juga menemukan arsip menarik tentang Soeharto. Selama ini sudah diketahui bahwa Soeharto datang ke Madiun sebelum meletus pemberontakan. Soemarsono berpesan kepadanya bahwa kota itu aman dan agar pesan itu disampaikan kepada pemerintah. Poeze menemukan sebuah arsip menarik di Arsip Nasional RI bahwa Soeharto pernah menulis kepada ”Paduka Tuan” Kolonel Djokosoejono, komandan tentara kiri, agar beliau datang ke Yogya dan menyelesaikan persoalan ini. Soeharto menulis ”saya menjamin keselamatan Pak Djoko”. Dokumen ini menarik karena ternyata Soeharto mengambil inisiatif sendiri sebagai penengah dalam peristiwa Madiun. Harry Poeze telah menemukan lokasi tewasnya Tan Malaka di Jawa Timur. Lokasi tempat Tan Malaka disergap dan kemudian ditembak adalah Dusun Tunggul, Desa Selopanggung, di kaki Gunung Wilis.
Madilog
Madilog merupakan istilah baru dalam cara berpikir, dengan menghubungkan ilmu bukti serta mengembangkan dengan jalan dan metode yang sesuai dengan akar dan urat kebudayaan Indonesia sebagai bagian dari kebudayaan dunia. Bukti adalah fakta dan fakta adalah lantainya ilmu bukti. Bagi filsafat, idealisme yang pokok dan pertama adalah budi (mind), kesatuan, pikiran dan penginderaan. Filsafat materialisme menganggap alam, benda dan realita nyata obyektif sekeliling sebagai yang ada, yang pokok dan yang pertama.
Bagi Madilog (Materialisme, Dialektika, Logika) yang pokok dan pertama adalah bukti, walau belum dapat diterangkan secara rasional dan logika tapi jika fakta sebagai landasan ilmu bukti itu ada secara konkrit, sekalipun ilmu pengetahuan secara rasional belum dapat menjelaskannya dan belum dapat menjawab apa, mengapa dan bagaimana.
Semua karya Tan Malaka dan permasalahannya didasari oleh kondisi Indonesia. Terutama rakyat Indonesia, situasi dan kondisi nusantara serta kebudayaan, sejarah lalu diakhiri dengan bagaimana mengarahkan pemecahan masalahnya. Cara tradisi nyata bangsa Indonesia dengan latar belakang sejarahnya bukanlah cara berpikir yang teoritis dan untuk mencapai Republik Indonesia sudah dia cetuskan sejak tahun 1925 lewat Naar de Republiek Indonesia.
Jika membaca karya-karya Tan Malaka yang meliputi semua bidang kemasyarakatan, kenegaraan, politik, ekonomi, sosial, kebudayaan sampai kemiliteran (Gerpolek-Gerilya-Politik dan Ekonomi, 1948), maka akan ditemukan benang putih keilmiahan dan ke-Indonesia-an serta benang merah kemandirian, sikap konsisten yang jelas dalam gagasan-gagasan serta perjuangannya.

Tan Malaka dalam Fiksi


Dengan julukan Patjar Merah Indonesia, Tan Malaka merupakan tokoh utama beberapa roman picisan yang terbit di Medan. Roman-roman tersebut mengisahkan petualangan Patjar Merah, seorang aktivis politik yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, dari kolonialisme Belanda. Karena kegiatannya itu, ia harus melarikan diri dari Indonesia dan menjadi buruan polisi rahasia internasional.
Salah satu roman Patjar Merah yang terkenal adalah roman karangan Matu Mona yang berjudul Spionnage-Dienst. Nama patjar merah sendiri berasal dari karya Baronesse Orczy yang berjudul Scarlet Pimpernel, yang berkisah tentang seorang pahlawan Revolusi Perancis.
Dalam cerita-cerita tersebut selain Tan Malaka muncul juga tokoh-tokoh PKI dan PARI lainnya, yaitu Musso (sebagai Paul Mussotte), Alimin (Ivan Alminsky), Semaun (Semounoff), Darsono (Darsnoff), Djamaluddin Tamin (Djalumin) dan Soebakat (Soe Beng Kiat). Kisah-kisah fiksi ini turut memperkuat legenda Tan Malaka di Indonesia, terutama di Sumatera.

Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Tan_Malaka
Jangan bilang kalau lu pernah ke Jawa Timur tidak mengenal Gunung Bromo. Gunung Bromo merupakan gunung berapi yang masih aktif dan paling terkenal sebagai obyek wisata di Jawa Timur. Gunung Bromo berada dalam empat wilayah, yakni Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang dan Kabupaten Malang. Gunung Bromo memiliki ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut. 

Tapi gue tidak ngebahas tentang gunung Bromo-nya. Tapi, solo backpacker gue ke Bromo.. haha



Trip ke Bromo gue awali dari Yogyakarta. Kenapa dari Jogja? Karena gue kehabisan tiket dari Jakarta menuju Malang hahaha *plakk.. Sekalian juga lah ke Jogja, karena udah lama juga gue gak ke Jogja. Itupun pas masih kecil hahah.. Oke dari Jakarta gue naik kereta Progo jam 22.00 dan nyampe sekitar pukul setengah tujuh pagi di stasiun Lempunyangan. Pas lah sesuai jadwal.

Karena kereta yang bakal gue tumpangi menuju Malang berangkatnya malam, jadi gue menjelajah Jogja—padahal cuma numpang tidur di mushalla sekitar jalan Malioboro -,-“. Udah ngerasa tidurnya cukup sorenya gue lanjutin buat nikmatin jalan Malioboro dari sore sampe jam sembilan. Oiya, shalat Ashar dulu lah, terus berdoa agar selamat disini—ga ada temen disini bro-sist, ngenes -__-“.

Keluar dari mushalla, cari makan dulu—udah nahan laper dari pagi -,-“. Abis makan gue kepikiran ama tugu nol kilometer Jogja. Oke buka HP terus buka aplikasi Google Maps. Cek dulu, seberapa jauh sih dari sini ke sono. Ternyata gak terlalu jauh, okelah bayar makan terus langsung cusss kesono—jalan kaki -___-. 



Oke sampe di tugu, belum rame sih. Cuma gue sama tukang becak. Iseng-iseng nanya ama bapak tukang becak dimana masjid, buat shalat Maghrib. “Bapaknya jawab ga ada masjid sekitar sini jauh, tapi ada mushalla kok disitu”. Sambil nunggu azan, cerita-cerita ama tu bapak ama temennya. Pas udah azan bapaknya ngajakin shalat, oke kita shalat dulu. Pas mau balik ke Malioboro bapaknya udah ga ada—lagi narik woiii, jangan mikir yang aneh-aneh. Padahal mau izin mau jalan lagi ke Malioboro. Yaudahlah, semoga besok-besok kita bisa ketemu lagi, pak.



Nyampe Malioboro ini perut mulai laper lagi. Mari kita makan. Cek Hp, jam di HP udah nunjukin pukul sembilan lewat limabelas. Bayar ama abangnya lanjut cuss stasiun Tugu Yogyakarta. Kereta gue berangkat pukul pukul 22.15, shalat Isya dulu. Lanjut ruang tunggu, udah pukul sembilan lewat empat puluh lima. Keretanya juga udah ada di peron, okelah mari kita cek-in. Lihatin tiket ama kartu identitas sama petugas. Kereta berangkat pas pukul 22.15 gak telat. Gue naik kereta Malioboro Ekspres menuju Malang. Keretanya dingin broo.. Okelah, see you again.. Byee Jogja~...



Malang

Pukul setengah enam pagi gue pun mendarat di kota Malang, akhirnyaaaaa... lanjut shalat subuh. Abis shalat gue bersih-bersih dulu di toilet stasiun. Keluar stasiun, ini perut request lagi minta diisi. Okelah ada ibu-ibu yang jual nasi rawon, santappp. Nanya-nanya ama ibunya, angkot  buat ke UIN Malang yang mana. Bingung sih disini, karena warna angkotnya sama semua, Biru—Arema banget coyy hahaha... ke UIN buat istirahat untung punya temen disini, bisa istirahat gratis hahaha.. nyimpan tenaga buat ke Bromo malamnya. 



Sorenya gue izin dulu ama temen pergi dulu ke stasiun Malang, karena gue bakal dijemput disana. Gue pake agen perjalanan buat ke Bromonya, karena ga sempat juga buat ke Probolinggo, udah ga kuat di jalan—jetlag bro, yaelah naik kereta juga hahaha... 

Gue nikmatin malam dulu di Taman Tugu Balaikota Malang sebelum dijemput. Sekitar jam sebelas gue di-BBM ama orang agen travelnya dia udah hampir sampe, gue bilang gue udah di stasiun. Sepuluh menit kemudian jemputan gue datang. Lanjutlah jalan sama jemputin orang yang juga bakal bareng sama trip ini. Setelah dijemput semua, langsung deh jalan... Bromo I’m coming!!



Perjalan sekitar tiga jam dari Malang buat sampe gerbang masuk. Disini gue ngeliat tulisan, sebelah kiri buat ke Bromo dan sebelah kanan buat ke Ranu Pane, tau lah yaa itu jalur kemana, Semeru! Tapi ya kali ini Bromo dulu, mudahan dalam waktu deket bakal ke kanan.. Aamiin..

Jalurnya ga nyantai men, bener-bener dah. Untung naik jip. Kalo pakai mobil biasa kayaknya bakal susah kalo lewat jalur ini. Spot pertama ke Pananjakan dulu. Itu lhoo, tempat ngeliat sunrisenya Bromo.

Sekitar pukul empat subuh gue udah nyampe di Pananjakan. Shalat subuh dulu. Dan lagi-lagi ga nyante men. Sekarang airnya, ga tau dah itu air nya berapa derajat, ga beku juga sih. Ga berani mandi dah pokoknya ama tu air.



Nunggu sekitar setengah jam, akhirnya warna merah muncul dari kejauhan, sunrise. Turis, bule atau apalah pada ngeluarin goloknya, ehh salah kamera lah, lu kirain mau perang—tepok jidat f*rhat *bbas. Ekspresi gue pas ngeliat sunrise? Gue jungkir balik, salto, koprol, push up trus lompat dari Pananjakan. Ya kagak lah lebay amat gue—tepok jidat f*rhat *bbas lagi. 



Abis puas liat sunrise, gue pindah spot buat ngeliat Bromo dari atas sini. Bersyukur banget cuaca cerah.. Alhamdu...lillah.. foto-foto lah abis itu, kapan lagi—narsis amat lu -_-.



Oke udah puas foto-fotonya, diajakin lagi ama agen perjalanannya turun lagi buat jalan ke puncak Bromonya. Pas ngelewatin padang pasir gue terus bersyukur sama Tuhan, karena terlahir di negeri yang indah ini—terharu. 



Jip yang gue tumpangi udah nyampe. Jip ga boleh sampe deket ama puncak Bromo. Karena itu udah jadi jatah yang nyewain kuda. Gue ama rombongan jalan kaki aja. Maaf ya mas, pak ga naik kuda dulu.



Hueehh capek men, sampe deket tangga buat ke puncak istirahat dulu bentar. Katanya sih ada 250 anak tangga yang bakal dinaikin buat nyampe atas—alamaakk.. padahal gue lari buat nyampe atas biar pas nyampe atas ga berasa terlalu capek karena akhirnya udah nyampe atas.. 

Turun dari puncak lanjut jalan ke Pasir Berbisik, ada yang pernah nonton filmnya Dian Sastro yang Pasir Berbisik?—padahal gue belum nonton -__-.. yak disini lah syutingnya. Karena gue ke Bromo nya bukan pas lagi musim kemarau jadi ya gak berasa pasir berbisiknya. Pasirnya basah. 


Ga lama-lama di pasir berbisik lalu gue lanjut ke Bukit Teletubbies—akulah teletubbies, akulah teletubbies, lah kok jadi gini??? *abaikan. Kenapa disebut bukit Teletubbies? Karena bukitnya bener-bener mirip sama acara anak-anak itu.



Setelah dari bukit teletubbies ini, gue beserta rombongan yang lain balik lagi ke Malang. Ya sekian lah catatan perjalanan gue ke Bromo. Mudahan bisa update lagi blog gue kedepannya dengan tempat yang berbeda... see you